1. Kesepadanan
Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu
unsur subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K). Di dalam kalimat
efektif harus memiliki keseimbangan dalam pemakaian struktur bahasa.
Contoh:
Budi (S) pergi (P) ke kampus (KT).
Tidak Menjamakkan Subjek
Contoh:
Tomi pergi ke kampus, kemudian Tomi pergi ke perpustakaan
(tidak efektif)
Tomi pergi ke kampus, kemudian ke perpustakaan (efektif)
2. Kecermatan Dalam Pemilihan dan Penggunaan
Kata
Dalam membuat kalimat efektif jangan sampai menjadi kalimat
yang ambigu (menimbulkan tafsiran ganda).
Contoh:
Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan
hadiah (ambigu dan tidak efektif).
Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu
mendapatkan hadiah (efektif).
3. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam
mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi
tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini dikarenakan, penggunaan kata yang
berlebih akan mengaburkan maksud kalimat. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang
perlu diperhatikan untuk dapat melakukan penghematan, yaitu:
a. Menghilangkan pengulangan subjek.
b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh:
Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di
rumahku. (tidak efektif)
Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di
rumahku. (efektif)
Dia sudah menunggumu sejak dari pagi. (tidak efektif)
Dia sudah menunggumu sejak pagi. (efektif)
4. Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah
dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan
unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh:
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak
efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)
5. Kesatuan atau Kepaduan
Kesatuan atau kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan
pernyataan dalam kalimat itu, sehingga informasi yang disampaikannya tidak
terpecah-pecah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan
kepaduan kalimat, yaitu:
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak
mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen +
verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata
seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Contoh:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita
orang-orang kota yang telah terlanjurmeninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak
efektif)
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang
sudah meninggalkan rasa kemanusiaan. (efektif)
Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (tidak
efektif)
Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)
6. Keparalelan atau Kesajajaran
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata
atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba,
bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata
kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja
berimbuhan me- juga.
Contoh:
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
(tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan.
(efektif)
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
(efektif)
Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak
efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
(efektif)
7. Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan
terhadap ide pokok dari kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat,
ada beberapa cara, yaitu:
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di
awal kalimat).
Contoh:
Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi
pada kesempatan lain.
Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan
lagi soal ini. (ketegasan)
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan
negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan
negaranya. (ketegasan)
b. Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta
rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah)
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta
rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (benar)
c. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.
d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu bodoh, tetapi pintar.
e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti:
partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh:
Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?
Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan
tugas ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar